Henti Jantung Pada Usia Muda

6 Aug 2024
infokes

Gambar: RSJPD Harapan Kita

Henti jantung mendadak pada usia di bawah 35 tahun sangat jarang ditemui. Biasanya tercetus karena kelainan struktur atau fungsi jantung yang belum pernah diketahui sebelumnya. Sering kali henti jantung mendadak terjadi saat sedang melakukan aktivitas fisik misalnya saat berolah raga, dan lebih sering kejadiannya pada pria daripada wanita. Pada atlet muda, penyebab kematian terbanyak adalah henti jantung, namun sampai saat ini angka insidensinya masih belum diketahui dengan pasti.

Penyebab terjadinya henti jantung pada usia muda bermacam-macam. Namun, yang paling sering ditemui adalah kelainan pada jantung yang mengakibatkan jantung berdetak dengan irama yang tidak teratur. Irama jantung yang tidak teratur ini dikenal sebagai fibrilasi ventrikel (kondisi dimana bilik jantung hanya bergetar, namun tidak dapat memompa darah secara efisien). Beberapa penyebab spesifik terjadinya henti jantung pada usia muda diantaranya:

Kardiomiopati hipertrofik. Penebalan dinding jantung yang diturunkan secara genetik. Penebalan otot jantung dapat mengganggu sistem listrik pada jantung sehingga jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur, dan dapat berujung pada henti jantung mendadak. Kardiomiopati hipertrofik merupakan penyebab paling umum dari kematian mendadak yang berhubungan dengan jantung pada usia kurang dari 30 tahun, dan pada atlet muda.

Kelainan pembuluh darah koroner. Beberapa orang bisa saja terlahir dengan pembuluh darah jantung yang terhubung secara tidak normal. Pembuluh darah ini dapat tertekan ketika sedang melakukan aktivitas fisik atau berolah raga sehingga menghambat aliran darah ke jantung.

Kelainan sistem listrik jantung, misalnya long QT syndrome atau Brugada syndrome, merupakan kelainan irama jantung yang diturunkan secara genetik. Dapat menyebabkan ritme jantung yang cepat dan tidak beraturan, dan sering berakibat pada pingsan atau hilang kesadaran. Ritme jantung yang tidak normal juga dapat muncul pada kondisi keradangan otot jantung, yang dapat disebabkan oleh virus (misalnya myocarditis pada COVID-19) atau penyebab lainnya.

Tanda-tanda yang perlu diperhatikan yang dapat menunjukkan seseorang mungkin memiliki risiko tinggi untuk terjadinya henti jantung mendadak:

Pingsan atau hilang kesadaran mendadak, terutama bila terjadi saat sedang melakukan aktivitas fisik, dapat merupakan tanda adanya masalah pada jantung.

Riwayat keluarga dengan henti jantung mendadak. Tanda bahaya lainnya adalah adanya riwayat keluarga dengan kematian mendadak di bawah usia 50 tahun. Apabila pernah terjadi dalam keluarga anda, sebaiknya konsultasikan kepada dokter untuk melakukan penapisan.

Bagaimana cara mencegah henti jantung mendadak?

Tergantung dari kondisi yang mendasari risiko henti jantung, dapat dilakukan terapi dengan obat maupun bedah untuk mengurangi risiko henti jantung mendadak. Ada beberapa kondisi dimana dapat dilakukan pemasangan implan kejut jantung (ICD: implantable cardioverter defibtrillator), misalnya pada pasien dengan kardiomiopati hipertrofik. Alat ini akan memantau irama jantung Anda terus-menerus. Apabila ketidaksesuaian irama jantung yang berbahaya timbul, alat ini akan menghantarkan impuls listrik untuk mengembalikan irama jantung menjadi normal kembali.

Biasanya, jika Anda memiliki risiko tinggi untuk mengalami henti jantung mendadak, dokter akan menyarankan untuk menghindari olah raga yang kompetitif. Namun demikian, tidak berarti Anda tidak diperbolehkan untuk berolah raga. Konsultasikan lebih lanjut kepada dokter mengenai batasan aktivitas fisik yang sesuai.

Sumber :

dr. Benedictus Hanjaya Suwandi , 2022, Henti Jantung Pada Usia Muda, Direktorat Pelayanan Kesehatan Krisis dan Rujukan, Kementrian Kesehatan RI

https:// sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20121204/566653/resusitasi-jantung-dini-upaya-pertolongan-pertama-pada-henti-jantung/